visitors, sahabat UKMM UNLAM

Kamis, 26 Januari 2012

galau tanda Tak Mampu


Galau, sebuah kata yang akhir-akhir ini nge-trend dikalangan remaja dan kaum muda di negeri ini. Kata yang menggambarkan suasana hati seseorang yang sedang kacau, bingung, resah, gelisah dan sedih. Merasa ada sesuatu yang ingin diutarakan namun belum tersampaikan, atau sesuatu yang ingin dilakukan namun belum terealisasikan. Apapun definisinya? Galau adalah sebuah penyikapan yang dilakukan oleh seseorang atas masalah yang menimpanya. Setiap orang  memiliki masalah dengan kadar yang berbeda, perbedaan itu telah sedemikian sempurna hingga mustahil Allah memberikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh hambaNya. Allah menguji kita sesuai tingkat keimanan kita kepada-Nya. Ujian dari Allah bertujuan untuk membuktikan kebenaran keyakinan keimanan seseorang, apakah ia layak disebut orang beriman ataukan orang munafik yang hanya menampakkan zahirnya dan menyembunyikan batinnya.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)

Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan masalah ataupun kegalauan yang menimpa seseorang. Sebagaian besar memanfaatkan jejaring sosial sebagai media mempublikasikan kegalauannya. Mayoritas orang yang galau suka melebih-lebihkan masalah yang menimpanya. Hal yang mereka lakukan ini adalah bukti bahwa mereka adalah orang yang tak mampu menerima ujian yang menimpanya. Penyikapan seseorang atas masalah yang menimpanya menunjukkan tingkat pemahaman mereka terhadap masalah itu sendiri.

Kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi. Apabila kamu menampakkan atau menyembunyikan apa yang ada pada dirimu, maka Allah akan memperhitungkan kamu lantaran perbuatan itu. Lalu Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya dan mengazab orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS Al Baqarah: 284)

Penggalau adalah sedikit orang yang tak mampu menyalurkan resah mereka dengan cara yang benar, padahal cukuplah Allah bagi kita, tidak ada Tuhan selain diriNya. Hanya kepadaNya kita bertawakkal..”

Status berisi keluhan, kegalauan, kebimbangan kadang ditulis dengan berlebihan, padahal mengeluh tidak menyelesaikan masalah yang menimpanya. Galau tidak memberikan solusi atas masalah seseorang. Galau hanya menambah beban bagi pelakunya. Kegalauan seseorang menunjukkan bahwa ia tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal Allah telah berjanji bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Penggalau adalah orang yang tak mampu menemukan solusi yang hakiki. Mereka mencari solusi pada tempat yang mustahil memberikan solusi. Padahal sudah jelas bahwa sabar dan shalat adalah sebaik-baik cara untuk mendapatkan solusi yang hakiki.

Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)

Allah SWT adalah Rabb yang Maha Baik, maka apapun yang Dia tetapkan adalah kebaikan. Penggalau tak mampu memahami bahwa semua yang Allah tetapkan kepada makhluk-Nya adalah baik. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.Orang yang galau adalah orang yang tak mampu mengetahui hakikat dari ujian yang menimpa dirinya padahal sungguh tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri kita melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Allah SWT menciptakan kita. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Orang-orang yang galau adalah orang yang belum mampu bersyukur, padahal sesungguhnya ujian dan cobaan, susah dan senang, gagal dan sukses semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Nikmat karena sungguh terdapat hikmah bagi orang-orang yang berfikir. Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak diberikan kepada seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka ia selalu bersabar dan itu adalah baik baginya. Kesenangan, kesuksesan dan kenikmatan mengajarkan kita bagaimana bersyukur dan lebih memacu dalam berbuat kebaikan sehingga Allah pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan, kesusahan dan kegagalan akan membuat kita lebih berhati-hati dan merupakan sebuah peringatan dari Allah SWT agar tidak larut dalam kemaksiatan.

Penggalau adalah orang yang tak mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan naik kelas maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan ujian itu ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan tetap pada kelasnya. Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukannya dihadapan Allah. Para nabi adalah orang yang paling banyak mendapat ujian. Seseorang diuji berdasar tingkat ketaatannya kepada Allah SWT. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya.

Orang yang sedang galau adalah orang yang tak mampu bersabar atas ujian dari Allah SWT. Merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah SWT dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar. Surga adalah hadiah tertinggi bagi orang-orang yang sabar dalam ujian.Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran kamu.

from http://fimadani.com

muhasabah cinta dua sahabat


Sebut saja A dan B. Dua orang sahabat yang sejak kecil sering bercanda bersama, menangis bersama, bahkan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggipun selalu bersama. Kecocokan antara keduanya telah terbingkai dalam sebuah jalinan persaudaraan yang unik, yang tak mudah kita temui di kebanyakan episode persaudaraan yang lain.
Suatu ketika, di sebuah serambi masjid kampus, mereka sepakat untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi dir mereka masing masing. Si A harus mengevaluasi kekurangan dan kelebihan si B. Begitupun sebaliknya, si B juga harus bisa menyebutkan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri si A. Mereka bersepakat bahwa beberapa hari lagi akan bertemu di tempat yang sama untuk menyampaikan hasil evaluasi yang mereka siapkan mulai dari pertemuan itu. Hingga tibalah hari dimana mereka menyampaikan boring evaluasinya.
“A, silahkan kamu mulai bacakan evaluasimu terhadap tingkahku selama ini.” Ucap si B mengawali pembicaraan.
“Tidak B, kamu saja yang memulainya. Sepertinya tulisanmu lebih banyak. Dan sepertinya kamu lebih siap untuk menyampaikannya lebih dahulu.”
“Hmm, baiklah. Aku yang akan memulainya.”
“Silahkan B, aku akan mendengarkan.”
“Tapi,,, kamu janji ya tidak akan marah padaku setelah kubacakan penilaianku padamu?”
“Baiklah, aku tidak akan marah. Sampaikan saja sejujurnya padaku.”
“Kamu mau mendengar yang mana dulu? Tentang kelebihanmu atau kekuranganmu?”
“Kekuranganku saja dulu.”
“A, kamu itu orangnya egois, maunya selalu diperhatikan, tidak peka sama lingkungan, tak pernah mau terus terang tentang masalah yang menimpamu. Kamu itu selalu menyalahkan orang lain ketika ada masalah yang menimpamu, kamu itu……”
“maaf B, maafkan aku bila selama ini telah sering menyakitimu.” Ujar si A memotong perkataan si B yang sedang membacakan evaluasinya.
“Tak apa A, maaf juga bila kamu telah teseinggung mendengarkan evaluasiku ini. Tapi, aku masih belum selesai membacakannya. Apakah harus ku hentikan?”
“Tidak B, lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkannya.” Kata si A sambil menyeka pipinya yang mulai meneteskan air mata.
“Kamu itu, maaf…. Pemalas, tergantung pada orang tua, selalu bilang aku seperti anak-anak. Dan kamu itu plin-plan….” Sejenak B menatapa wajah saudaranya. Binar matanya mulai terbasahi air mata yang muai menetes melintasi pipinya.
“A, ada apa? Apa ku menyakitimu? Kalu begitu aku hentikan saja evaluasiku. Aku tak ingin sahabatku bersedih seperti ini.”
“Tidak apa B, terus lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkan nasehat dari sahabat terbaikku.”
“Aku tak sanggup melihatmu bersedih seperti ini. Biar ku hentikan saja ya.”
“Tolong B, lanjutkan saja. Aku tidak apa-apa sahabatku. Aku hanya ingin mengetahui dari lisanmu mengenai kesalahan-kesalahanku padamu. Apakah kekuranganku masih banyak?” ujar A sambil menahan tangis yang hampir meledak “Maaf A, masih ada tiga halaman lagi.Baiklah, aku lanjutkan.” Si B pun melanjutkan membaca daftar kekuragan si a yang telah ia tuliskan.
Selanjutnya, si B membacakan daftar kelebihan yang dimiliki si A.
“A, bagiku kamu tetap istimewa, kamu adalah temanku yang paling cerdas dan kamu sering mengingatkanku bila ku tersalah.” Si B membacakan daftar kelebihan si A yang hanya tiga paragraph tersebut.
“Sudah A, aku sudah membacakayan semuanya. Selanjutnya giliranmu.”
Sambil berusaha senyum, si A membacakan daftar kelebihan dan kekurangan si B.
“Sekarang aku akan membacakan kelebihanmu dulu saja ya B.”
“Baik A, kalau kamu berkenan, silahkan.”
“Kamu itu kreatif, cekatan, suka menolong, penuh ide brilian, konsisten, tak mengharap imbalan duniawi, kata-katamu selalu terjaga, dan selalu senyum tatkala menyapa ornag-orang disekitarmu….” Ucap si A panjang lebar hingga tiga halaman A4 ia selesai bacakan.
“Sudah B, aku sudah selesai membacakan semua yang kutulis.”
“kekuranganku?”
“Tidak, tidak ada. Aku sudah rampung membaca semua evaluasiku padamu saudaraku.”
“Apa maksudmu? Apa saja kekuranganku dan tingkah burukku yang telah menyakitimu selama aku menjadi sahabatmu A? coba sebutkan saja, aku tidak akan marah.”
“Aku tak bisa menuliskan apapun pada lembar kekuranganmu A. bagiku, kekuranganmu telah mengajarkanmu untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil setiap keputusan. Dan semua itu telah terbingkai indah dalam memori hidupku sahabatku. Oleh karena itu tak ada yang bisa kubacakan mengenai kekuranganmu.”
“Duhai sahabatku, maafkan aku. Sungguh engkau adalah sahabat terbaik yang pernah kutemui. Engkau adalah mutiara yang selalu menjadi perhiasan dalam hidupku, menghiasi setiap lembaran perjalanan kehidupan yang penuh kejadian mengharu biru ini.”
Dan kini, serambi masjid kampus itu pun menjadi saksi, tetesan asir mata yang mengalir karena sebuah ikatan yang begitu berharga. Ikatan ukhuwah.



* * *

Ah, rasanya aku belum bisa menjadi seperti A yang mampu menangkap setiap aura kebaikan dari sahabatnya. Menjadikan segala kekurangan sahabatnya sebagai pelecut semangat untuk mendewasakan diri tanpa mengungkit-ngungkit apalagi membicarakan kekurangan sahabatnya pada orang lain. Kita, pasti pernah punya salah. Bahkan sering kita lakukan pada orang lain. Pada sahabat kita. Saat ego masih tersimpan dalam hati, saat persepsi menutupi mata hati bahwa orang lain harus menjadi yang sempurna dihadapan kita, tanpa cacat, tanpa kekurangan. Maka, sesungguhnya kita telah membutakan mata hati kita untuk memberikan permaafan pada orang lain. Menganggap setiap kesalahan sahabat kita adalah dosa besar yang takkan termaafkan dan telah menutup pintu maaf bagi setiap kesalahan mereka.
Sahabatku, Saudaraku, ikatan kita bukan sembaran ikatan. Kita diikat bukan karena kesamaan ampus, kesamaan asal daerah, kesamaan jurusan, kesamaan organisasi. Akan tetapi kita diikat atas dasar cinta yang terbingkai dalam ukhuwah. Cinta pada Allah dan ukhuwah yang menggelora mempersatukan setiap keping-keping hati yang tersebar di seluruh penjuru bumi-Nya ini.
Sahabatku, Saudaraku, ikatan kita adalah ikatan yang istimewa. Yang telah dipertautkan oleh Yang Maha Istimewa, yang selalu kita ucapkan do’ado’a rabithah dalam waktu istimewa kita, disepertiga malam terakhir sambil berdo’a;
Ya Allah.. Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela.
Oleh: Jupri Supriadi, Bogor.

from http://fimadani.com

Segera TAUBAT, sebelum TERLAMBAT


jangan biarkan tangis penyesalan itu sia-sia . . .
jangan terlalu lama berpikir tuk ngelakuin perubahan ke arah yang lebih baik ...
janganlah menunda-nunda . . .
bersegeralah . . .
karena kita tk pernah tahu, sampai kapan kita diberikan kesempatan tuk menjalani kehidupan di dunia, dan entah kapan roh kita dicabut dari jiwa . . .

segera instrospeksi diri . . .
Rasulullah saja membaca istighfar 70x setiap harinya, padahal beliau ma'shum . . Lalu bagaimana dengan kita yang tak pernah luput dari dosa? ? ?

saya mencoba mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, salah seorang dari sepuluh sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga-Nya, "Taubat itu wajib bagi seseorang, tapi lebih wajib baginya untuk meninggalkan dosa. perjalanan waktu ini sangat mengherankan, tapi lebih mengherankan lagi kelalaian manusia terhadap waktu. sabar dalam menghadapi musibah itu sulit, tapi hilangnya kesabaran itu lebih sulit lagi akibatnya. semua yang bisa dicapai itu dekat, tapi kematian lebih dekat dari semuanya."

sekali lagi, segera TAUBAT, karena sesungguhnya dunia ini hanyalah persinggahan, hanyalah terminal kehidupan kita sebelummenuju kehidupan akhirat yang abadi . . .
jika kamu menginginkan tempat terindah di sisi-Nya 'surga', lakukanlah amalan ahli surga, dan berhentilah berma'shiat kepada-Nya . . .
Lakukan perubahan menuju perbaikan..
menjadi yang terbaik dengan standar orang-orang terbaik pula..

Hasan Al Bashri menegaskan, "jauhi sifat menunda-nunda. Nilai dirimu tergantung pada hari ini, bukan besok. kalau besok engkau beruntung, berartikeuntunganmu akan bertambah bila hari ini engkau telah beramal. Dan kalau besok engku rugi, toh engkau takkan menyesal karena telah beramal pada hari ini."

Hasan Al Bashri juga mengatakan,"Dunia ini hanya lh 3 hari,
3 hari itu adalah:
Hari kemarin yg sudah b'lalu, & kita tdk bisa lagi u/ m'ubahnya.
Hari esok, yg kita tdk tahu apakah kita akn masih memiliki kesempatan di dlmnya.
Dan hari ini, kesempatan u/ kita melakukan amal shaleh. Maka b'amallah s'banyak2nya".

dalam sebuah hadist,"secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baqa dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat" (HR>Ibnu Majah & Ibnu Abiddunya)

"barangsiapa yang dua harinya (hari ini dan kemarin) sama saja, maka ia termasuk orang yang merugi. barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. barangsiapa yang tidak juga ada peningkatan (kebaikan) dalam hidupnya, maka ia akan senantiasa berada dalam kekurangan dan ati lebih baik baginya.dan barangsiapa merindukan surga, maka hendaklah ia bergegas kepada berbagai macam kebaikan" (HR.Al-Baihaqy)

Yaa Robb, berikanlah selalu cahaya hidayah-Mu dan jangan pernah biarkan kami tersesat dari jalan-Mu...
AAmiiiin ^^

_wily astri_
koordinator Departemen Media & Komunikasi Unit Kerohanian Mahasiswa Muslim Universitas Lambung mangkurat (UKMM UNLAM)

selesai ditulis di Banjarmasin pada jum'at 25 Feb'11 pukul 04.04 WITA

Senin, 16 Januari 2012

ketika ikhwah mau nyoba pacaran


Ikhwah fillah rahimakumullah,
Dalam kita berda’wah jama’I ini, yang dengannya kita saling mengenal, yang dengannya kita saling memahami (maunya), yang dengannya kita saling memahami (citanya), dan yang dengannya pula kita saling menanggung (idealnya), ana pribadi merasa beruntung telah dipertemukan dengan antum semua walau pun sebagian besar dari semua cita yang begitu elok yang disebut di atas tidak teraplikasi secara sempurna, malahan di tengah dan diperjalanannya banyak kita dapati perselisihan opini, kerasnya karakter, dan tergeseknya nurani tidak dapat dapat kita bendung dengan padanan elok dan berseri dari keempat hal rukun di atas, jujur saja, realita memang tak dapat dipungkiri, karena secara pribadi ana, antum, dan kita semua berada ditengahnya, berproses dengannya, sebagian menikmati pasang surutnya, ada juga bahkan yang jumud karenanya, secara tidak sengaja kerap juga kita temui peristiwa-peristiwa mengelikan yang dilakonkan para ikhwan nggak jelas, dan momen-momen mengharukan yang menderai di barisan akhwat agak jelas, atau bahkan percumbuan romantisme tangan mengetik sms jambu, dan kata rayuan gombal-gembel yang keluar dari spiker HP pribadi, yang waktu menerima calling dari si dianya, si oknum pergi kesana-kemari, mencari tempat berPW, agar aktifitas n cumbu rayunya tidak ketahuan ikhwah lain. Padahal ia sangat paham dengan posisinya dan kedudukannya, dia sering taujih dengan tema jambu-jambu ini, dia, baik ikhwan maupun akhwatnya adalah pejuang arti risalah suci, tapi entah kenapa,,? Apakah setan yang membuat mata tak melihat lagi? Telinga dibuat tak berfungsi? Dan lemahnya peranan hati yang membuat cita da’wah terkotori?
Konon katanya setiap ikhwan atau akhwat ada punyai ikhwan dan akhwat kepercayaan, bener nggak ya? Kalau memang begitu adanya, apa bedanya ya sama pacaran? “ya jelas bedalah,,, soalnya kan kita pejuang anti pacaran!”, lalu, aktifitas yang antum lakoni itu apa namanya? Jangan antum katakan atas nama da’wah, lantas bebas sms atau berbagi koment yang nggak jelas, yaa! Coba kita Tanya lagi ke hati nurani, eyy,,, ini bagus nggak ya?! Masya Allah,, jangan-jangan hampir sebagian besar diantara kita sedang dan tengah menjalin hubungan tanpa status ini sampai sekarang, yang ujung-ujungnya married by accident, jika memang diatas 50% perilaku kaya begini ini menjadi custom di organisasi yang katanya organisasi da’wah, bisa jadi, kemungkinan besar perilaku inilah yang membuat da’wah berjalan lambat, kaya siput jadi penganten. Istigfar, perbaharui niat, tinggalkan budaya-budaya jahili, terapkan apa yang telah ditaujihkan or dipelajari my ikhwah,,,! karena Islam adalah Agama aplikasi, bukan hanya teori manis yang sering terucap di bibir. Wallahu A’lam.!

Kamis, 12 Januari 2012

Ada Yang Ga Suka Sama Saya…
Ada Yang Ga Suka Sama Kita-Kita…

Assalaamu’alaikum semua… Semoga semuanya dalam keadaan sehat, gembira, senang hati, baik dalam keadaan banyak anugerah, maupun dalam keadaan banyak masalah. Dua-duanya dari Allah. Saat senang jangan kelewat senang hati, sampe lupa. Saat susah, jangan ampe ancur hati, sampe putus asa. Di keadaan dua-duanya ada Allah. Mukmin sejati percaya, semua adalah Kehendak Allah. Jangan sampai membuat jauh dari Allah, lalai dari Allah, dan lupa sama Allah. Malah semoga semua tambah semangat untuk tambah dekat dengan Allah, tambah ingat Allah.
Beberapa waktu yang lalu, saya kirim di twitter @yusuf_mansur dan lewat fesbuk yusuf mansur, ga pake y, he he he, bahwa ada yang ga suka sama saya… ada yang ga suka sama kita-kita…
Kontan kawan-kawan semua berkomentar. Ada yang nanya? Siapa yang engga suka Tadz? Ada juga yang tidak sedikit menasihati saya. Alhamdulillah. Katanya, jangan mengadu sama manusia Tadz!
He he he, padahal itu kalimat pancingan. Kalimat pembuka. Memang dimaksudkan supaya ada pertanyaan balik.
Yang ga suka sama kita adalah syetan.
Syetan mana suka sama kita.
Sama nenek moyang kita, Adam ‘alaihish-sholaatu wassalaam, ketidaksukaan syetan berawal. Lalu kemudian syetan bersumpah menjadikan kita-kita ini musuh abadinya dia pada.
Ga apa-apa. Syetan memang “dijadikan” oleh Allah musuh bersama yang abadi. Supaya kita kuat. Kenyataannya, kalau ga ada musuh, kita jadi berantem sendiri, he he he. Kalau ada musuh, baru deh kita ramai-ramai bersatu. Ntar pas musuhnya pergi, kita-kita ribut lagi, hua ha ha ha.
Selengkap-lengkapnya atas izin Allah saya ada library penjelasan tentang bismillaahirrahmaanirrahiim dan a’uudzu billaahi minasy-syathaanirrajiim. He he, terbalik ya tulisannya? Harusnya a’uudzu dulu baru bismillaah. Ga apa-apa deh. Itu rekaman waktu di MNCTV. Ketika membahas tafsir al Mu’ien. Nah, saya UNDANG ya. Tanggal 29-30 Oktober 2011. Untuk sama-sama ngaji tafsir basmallah & ta’awwudz. Saudara ga akan ketemu saya (kecuali diizinkan Allah, dan dikehendaki Allah, he he he). Ngaji tafsirnya “on movie”. Saya siapin rekamannya, dan saudara ngumpul, dan dikumpulkan. Lalu nonton bareng deh.
“Kalau begitu, minta cd nya aja ustadz? Minta dvd nya?”, begitu mungkin saudara akan bilang.
He he he, tar jadi koleksi doangan. Hadir aja. Sekalian ntar diskusi bareng ustadz-ustadz di wisatahati.
Insya Allah akan diadakan tanggal 29-30 Oktober. Mulai jam 07.30 s/d sore. Saudara yang dari luar kota silahkan menginap. Pendaftaran bisa dilakukan via sms ke: Ustadzah Ela: 08121972222. Saudara boleh datang sejak tanggal 28 malamnya. Malam sengaja dikosongkan. Supaya bisa menikmati suasana pesantren Daarul Qur’an. Pendaftaran ditutup tanggal 24 Oktober 2011 jam 17. Bawa keluarga. Enak. Bisa sambil plesir hati. Namanya juga wisatahati kan? Di Pesantren ada Syeikh Muhammad. Bisa minta doa sama beliau, sambil cek tilawah. Cek bacaan al Qur’an. Insya Allah.
(+) Loh loh loh, ini nulis apa promo…?
(-) Emangnya ga boleh ya promo…? Lagian kan yang dipromoin adalah yang baik. Biar pada paham makna basmallah dan ta’awwudz. Makna bismillaah dan a’uudzubillaah.
(+) Iya. Tapi pembahasannya mana…? Pembahasan tentang siapa yang ga suka sama Situ dan kita…?
(-) He he he, iya. Ok, saya bahas. Silahkan langsung sms deh. Reservasi. Pesan tempat. Biayanya 200rb u/ materinya. Untuk penginapannya 200rb per orang. Untuk makan, 6x makan, plus 2x coffee break: 100rb. Jadi per orang 500rb.
(+) Weeeehhh promosi laaaagiiii…
(-) Udah tangggguuuuuuuunnnngggg he he he…
(+) Muahal amat seh…???
(-) Kalo ga ada duit, ya ga usah bayar. Datang aja. Susah amat. Tinggal datang. Terbuka. Kalo ada duit, ya bayar. Simpel kan?
(+) Tapi kan malu…
(-) Yeee… Ga usah malu. Baru malu tuh kalo ngaku ga ada duit, tapi datangnya bawa CRV, he he he.
(+) Bisa aja pinjeman itu CRV.
(-) Ya ajak aja sekalian yang punya CRV. Sekalian bayarin, ho ho ho ho…
(+) Masih kredit kali…
(-) Laaaahh… Ya udah, saya mau kasih dulu pembahasan sedikit.
(+) Tar dulu…!!!
(-) Apaan lagi…?
(+) Itu 500rb seorang. Kalo sekeluarga?
(-) Berapa orang sekeluarganya?
(+) 6 orang.
(-) 3jt.
(+) Ye… Itu mah ga ada diskon dong…?
(-) Emangnye departemen setor… Ada diskon…?
(+) Departemen Store. Bukan Setor.
(-) Biarin. Ga ada diskon. Bawa anak-anak dah. Tar anak-anaknya biar diikutsertakan program yang lain. Untuk anak-anak, ada KACA. Komunitas anak cinta al Qur’an. Wirda cs yang ngelola. Putri saya. Dateng dah sama anak-anak. Tar anak-anak kite bedain.  Anak-anak akan belajar fun tentang tahfidz, dan akhlak. Insya Allah mudah-mudahan anak-anak Saudara akan ketularan mau ngafal dan berakhlak yang baik.
(+) Biayanya sama?
(-) Sama. Sama-sama 500rb. Programnya sebenernya 200rb untuk 2hr. Hanya kan ada biaya nginep. Wajar aja kali. Lagian masuk jadi dana pesantren koq. Ikhlasin aja, he he he. Selebihnya biaya untuk makan situ sendiri sama keluarga. Dihitungnya 1rb per porsi per sekali makan. Makannya 6x. Plus Coffee Break 2x.
(+) Iya deh.
(-) Ngapain Situ nyelang-nyelang tulisan saya? Bukannya Situ adalah Yusuf Mansur juga? Masa Yusuf Mansur nanya sama Yusuf Mansur juga?
(+) Biarin. Sekalian ngasih tahu kawan-kawan yang beloman ikut KuliahOnline. Begini nih belajar KuliahOnline.

Syetan itu ga suka sama kita.
Ga suka gimana?
Ga suka kita shalat dhuha.
Ada aja urusannya. Hingga kemudian terlewatkan lah kita dari dhuha di pagi hari. Iya kalo kita kemudian masih hidup besok pagi. Masih bisa dhuha untuk terakhir kalinya kalo nyawa diambil besoknya. Lah kalo nyawa diambilnya ni ari? Sedang paginya ga dhuha? Duh duh duh… Nyeselnya bakal minta ampun.
Dalam pembahasan tentang syetan, syetan itu bisa make ilmunya Allah. Dan emang Allah membolehkan mereka make ilmunya Allah. Sebagaimana malaikat yang bisa saja Allah wujudkan dalam wujud seorang manusia atau sekelompok manusia, dan bisa berbentuk apa saja, maka syetan pun akan bisa hadir dalam bentuknya yang berupa-rupa.
Mau dhuha, datanglah tamu.
“Ji… Ji…”
Begitu ni syetan manggil. Saat di mana kita ini baru mau wudhu buat shalat dhuha.
“Iya… Ada apa…? Siapa…”
“Gue nih…”
Dia sebutlah namanya. Nama seorang yang kita kenal, tanpa kita tahu dia itu beneran dia kawan kita, atau hanya jadi-jadian.
Lalu keluar lah kita. Nemuin dia.
“Ada apa?”
“Temenin yuk.”
“Temenin kemana?”
“Ke rumah kawan saya. Mau nawarin tanah.”
“Tanah di mana?”
Disebutlah tanah di daerah mana gitu. Tanpa juga kita tahu itu tanah bener-bener ada apa kagak. Tuh temen juga kita ga tau, bener-bener temennya, apa sekutunya aja.
Tujuannya satu: Menggagalkan kita dhuha.
Kalau kita jawab, “Masuk dulu deh. Saya mau dhuha dulu. Ini udah siap-siap wudhu.” Maka menanglah kita. Apalagi kita “pukul” itu syetan, he he he. Maaf ya, jika yang datang “teman” beneran. “Situ udah dhuha belom? Ikut sekalian.” Syetan beneran, ga bakalannya ikut. “Silahkan deh. Saya tunggu di sini.”
Saudara yang datang ke rumah kawan Saudara, lalu Saudara malah ga ikut dhuha sedang memang beloman dhuha, maka perlu dicurigai, bahwa Saudara adalah syetan! Ha ha ha. Atau setidaknya, udah kayak syetan. Betul ga? Dikasih tahu, engga mau tau. Diajak dhuha, ga mau dhuha. Kayak syetan aja.
Saudara lalu shalat. 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat.
(+) Sebentar Ustadz… Itu kan ga ngehormatin tamu…???
(-) Bisa juga dianggep begitu. Tapi izinlah dulu. Izin sekalian ngajak. Kan dialognya diajarin tadi. Sebentar ya, dhuha dulu. Mau nunggu? Gitu.
Setelah Saudara shalat, Saudara tidak melihat kawan Saudara lagi…
Dan memang Saudara tidak akan melihat dia lagi. Dia lah syetan. Yang mendatangi Saudara…

Bentuknya bermacam-macam kejadian. Bisa jadi Saudara disibukkan dengan BB, HP, IPAD, Internet, dan berkas-berkas kantor. Syetan kerjanya makin ringan. Sebab Saudara sudah dilalaikan oleh diri Saudara sendiri, pekerjaan, dunia, dan segala urusan Saudara. Bertambah-tambah ringannya kerjaan syetan, ternyata Saudara sendiri udah kayak syetan. Ga shalat shubuh! He he he. Ya boro-boro dhuha kalo begini mah.

Saudara mau baca al Qur’an. Ada aja judulnya itu halangan. Saudara ngantuk lah. Saudara kemudian begini lah begitu lah. Hingga ga jadi baca Qur’an. Sekalinya baca, sedikit sekali yang dibaca.
Kalau situasi ini terjadi, hajar tuh syetan…!!!
Ya, syetan ga suka Saudara baca al Qur’an. Ga suka.
Ada syetan yang bisa mindahin Qur’an? Bisa aja.
(+) Weeeeiiiittt… Engga bisa. Mana ada syetan mindahin Qur’an…?
(-) Weih… Galak amat seh… Syetan datang berwujud anak kecil, lalu al Qur’an Saudara, dipindahin oleh anak kecil ini. Atau ditutup dengan koran atau apa. Ingat, kemampuan syetan, adalah kemampuan yang diizinkan Allah. Saudara lalu mencari al Qur’an itu. Ga ketemu-ketemu. Sampe kesel sendiri. Mood hilang. Bila Suadara ga jadi baca al Qur’an, maka Saudara kalah.
Ingat. Syetan ga seneng Saudara baca al Qur’an. Bertambah-tambah pasukannya syetan. Datanglah telpon salah alamat, atau datang temen untuk ngobrol yang ga penting, ngobrol maksiat. Wuah…
Lalu pegimana…?
Saudara segera a’uudzu billaah. Saudara mohon perlindungan Allah akan gangguan syetan.  Saudara coba berdoa. Tidak ada yang bisa melakukan perbuatan baik, tanpa izin dan kehendak Allah. Saudara berlindung kepada Allah dan berdoa. “Ya Allah, saya ini mau baca al Qur’an. Duh, di manaaaa ini al Qur’an. Mau dibaca koq ya ga ada… a’uudzu billaahi minasy-syaithaanirrajiim bismillaahirrahmaanirraahiim…”
Jreeeeenggg…!!! Insya Allah dah kemudian ada itu al Qur’an kelihatan. Syetan akan kabur. Koran yang menutupi dibawa oleh perempuan dewasa di rumah Saudara, yang belom tentu dia adalah perempuan beneran di rumah Saudara. Bisa jadi dia adalah malaikat Allah untuk membantu Saudara menemukan al Qur’an.
Kalahlah syetan…
Menanglah Saudara…
Saudara bisa deh baca al Qur’an.
Syetan ridho tuh Saudara menang…?
Engga. Syetan mah akan menggaaaaaaangggu terus. Syetan akan menggelayuti mata Saudara, hingga Saudara menguap. Bila ini terjadi, lawan!!! Hajar itu syetan!!! Perbaharui wudhu. Melangkah langsung ke kamar mandi. Insya Allah ngibrit deh syetannya. Apalagi Saudara mau melompat-lompat 20x. Sambil zikir kecil. Insya Allah dah keringetan…!!! Ha ha ha.

 
sumber : http://wisatahati.com

Selasa, 10 Januari 2012

 Tawadhu’ Itu Penting

oleh Ustadz Samson Rahman
Salah satu sifat utama yang harus melekat pada seorang mukmin adalah sifat tawadhu (rendah hati). Bahkan Allah menyebutkan bahwa hamba-hamba Sang Maha Rahman akan senantiasa berjalan di muka bumi dengan rendah hati tanpa ada rasa congkak dan sombong yang bersarang dalam dada mereka. Allah swt berfirman:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan [25] : 63)
Tawadhu’ adalah sifat mulia yang menjadikan seseorang tidak merasa lebih besar dari orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari yang lain. Bagi orang-orang yang tawadhu’ manusia lain sama posisinya dengan dirinya walaupun dia sedang berada dalam kedudukan tinggi dalam pandangan manusia. Orang-orang yang tawadhu’ menyadari bahwa kemuliaan seseorang bukan dilihat dari posisi dan jabatannya, bukan dari pangkat dan hartanya, kedudukan mereka di lihat dari ketakwaan yang melekat pada dirinya. Nilai dan kemuliaan seseorang di mata Allah adalah tergantung pada ketinggian takwanya, dan kekokohan imannya. Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49] : 13)
Ketawadhuaan seseorang tidak akan mengurangi kehormatannya dan tidak pula akan merendahkan kedudukannya. Bahkan sebaliknya, seseorang yang memiliki kedudukan tinggi dan posisi terhormat, kemudian berendah hati maka dia akan menjadi buah bibir di tengah masyarakat karena kerendahan hatinya yang sekaligus mengangkat derajatnya di mata manusia dan manusia tidak akan mendengki dan iri akan kedudukannya. Sebaliknya manusia yang tinggi kedudukannya dan tinggi hati pada manusia lainnya maka akan banyak orang yang iri padanya bahkan mereka menginginkan agar orang yang tinggi hati itu segera dicopot dari posisinya.
Marilah kita sama-sama menyimak dengan seksama sabda Nabi Muhammad Saw berikut:
“Sedekah itu tidak mengurangi harta, dan tidaklah seseorang itu suka memberi maaf kecuali Allah angkat dia menjadi mulia, dan tidaklah seseorang berendah hati kecuali Allah akan angkat derajatnya.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Gambaran berikut akan memperjelas bagaimana sikap rendah itu mengangkat derajat seseorang. Adalah Khalifah Umar bin Khattab, pada suatu hari dia berjalan di tengah terik matahari sambil menutupkan selendangnya di kepalanya.
Saat itu lewatlah seorang anak muda yang menunggang seekor keledai. Berkatalah Umar padanya, “Wahai anak muda bawalah aku bersamamu!”
Maka turunlah anak muda itu dari keledainya dengan melompat seraya berkata, “Naiklah wahai Amirul mukminin!”
Melihat anak muda itu turun dari keledainya dan mempersilahkan dirinya naik sementara dia harus berjalan maka Umar berkata, ”Tidak! Naiklah engkau, dan bawalah aku di belakangmu.
Apakah engkau akan membawaku di tempat yang emput sementara engkau berjalan di atas tanah yang kasar?” Maka anak muda tadi menaiki keledainya dan memasuki Madinah sementara Umar berada di belakangnya dan penduduk Madinah melihat mereka.
Sebuah ketawadhu’an yang sangat dramatis, indah dan mengagumkan. Ketawadhu’an inilah yang kemudian menjadi cerita yang ditulis dengan tinta emas oleh para sejarawan setelah Umar meninggal ratusan tahun lamanya. Namanya tetap wangi semerbak karena sikapnya yang tawadhu’ ini.
Tapi lihatlah Fir’aun, Abu Jahal, Abu Lahab yang juga berkedudukan tinggi di masanya, namun mereka kini menjadi cibiran bangsa-bangsa dan ummat manusia hingga akhir zaman. Mereka Allah rendahkan kedudukannya karena mereka meninggikan diri di hadapan manusia.
Kisah ini juga akan memberikan pelajaran bagi kita. Dalam sebuah riwayat yang dilansir oleh Ibnu Saad dari Tsabit dia berkata, “Pada saat Salman menjadi Gubernur Madain ada seseorang yang datang dari wilayah Syam dari kalangan Bani Tamim dengan membawa buah tiin. Sementara Salman memakai celana yang biasa dipakai orang non Arab dan sebuah baju panjang. Orang itu berkata kepada Salman, dan dia tidak mengetahuinya, ‘Tolong bawakah ini,’—dia mengira bahwa Salman seorang tulang panggul. Maka Salman al-Farisi membawakan untuknya buah tiin itu sementara manusia manusia melihat dan mengenalinya seraya berkata, ‘Ini gubernur kita’.”
Kedua orang sahabat Rasulullah saw yang meneguk ajaran sang Nabi itu sangat mengerti makna hidup rendah hati pada manusia lainnya termasuk pada rakyatnya dengan sepenuh hati dan jiwa. Mereka tidak pernah minta dinomersatukan, tidak pula ingin dipuja-puja, tidak minta untuk dikenal, tidak minta di kursi paling depan kalau ada pertemuan. Namun manusia tetap memberikan rasa hormat padanya karena memang mereka pantas untuk mendapat kehormatan itu. Mereka memiliki inner power yang menjadi magnet pribadinya.
Kisah Al-Makmun khalifah Nabi Abbas yang cerdas, rasanya pantas pula kita jadikan pelajaran bagaimana Al-Makmun memaknai kedudukannya sebagai abdi rakyat yang sebenarnya. Suatu hari Yahya bin Aktsam menjadi tamu Al-Makmun. Kemudian Al-Makmun berdiri untuk mengambilkan air baginya. Yahya kaget melihat apa yang dilakukan oleh khalifah kaum muslimin paling disegani di zamannya itu sambil bergumam bagaimana mungkin seorang Amirul Mukminin datang dengan membawakan air baginya sementara dia duduk di tempatnya. Melihat gelagat rasa tidak enak pada Yahya dan tanda tanya di mukanya Al-Makmun berkata, “Pemimpin sebuah kaum itu adalah pelayan mereka!” Indah sekali, bagaikan legenda. Namun itu kisah nyata.
Maka benarlah apa yang pernah dikatakan seorang penyair:
Berendah hatilah engkau bagaikan bintang yang ada di dalam bayangan air
Padahal sebenarnya dia berada di angkasa nan tinggi
Dan janganlah engkau jadi laksana asap yang membubung sendiri
Di atas awan, sementara sesungguhnya dia adalah rendah sekali
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib membeli daging seharga satu dirham. Kemudian dia membawanya dalam bungkusan. Salah seorang sahabatnya berkata padanya, “Aku saja yang membawanya wahai Amirul Mukminin!” Namun Ali bin Abi Thalib dengan santun berkata, “Jangan! Sebab orang tua dalam keluarga itulah yang paling pantas membawakan itu!” Ali menegaskan bahwa tidaklah berkurang kesempurnaan seseorang karena membawakan barang milik keluarganya.
Maka marilah kita belajar dari orang-orang besar dengan jiwa besar itu. Mereka besar karena memiliki kepribadian yang besar, memiliki hati yang lapang dan paradigma yang benar tentang makna hidup manusia yang sesungguhnya. Saatnya kita belajar dari mereka tatkala negeri ini sedang membutuhkan peminpin dengan jiwa besar, dengan pikiran besar, dengan hati yang besar, dengan visi dan misi besar yang terbungkus rapi dalam ketawadhu’an yang sempurna.
Semoga kita bisa.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.

sumber:eramuslim.com

Inilah Manfaat Ilmiah Membaca Al-Quran

“Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
(Q.S. 7: 204).
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada mushaf”. Selanjutnya ia berkata, “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alqur’an”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang men dengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alqur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an.
Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Sumber:http://musiconlinecairo.multiply.com/ dari islamedia.web.id

Nasehat Ibu Kepada Putranya

Dikutip dari buku Yoyoh Yusroh: Mutiara yang Telah Tiada
From: Yoyoh Yusroh
Date: 2011/5/18
Subject: Nasihat untuk sang putera
To: Aizza Jundana
Nasihat Seorang Arab Kepada Putranya
(Ukht/ Nayifah Uwaimir)
Wahai puteraku …
Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia .. Janganlah berbicara dalam berbagai urusan ..bKecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya .. Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya sebelum dengan berani engkau berbicara .. Hati-hati dengan isu .. jangan percayai setiap yang dikatakan, jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat ..
Dan jika engkau mendapatkan cobaan berupa seorang musuh .. hadapi dengan berbuat baik kepadanya .. tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih
Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”.
Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran .. atau jika engkau diserang dengan kritikan-kritikan buruk .. bergembiralah .. sebab mereka sebenarnya sedang berkata: “engkau orang yang sukses dan berpengaruh”, sebab, anjing yang mati tidak akan ditendang, dan tidak dilempar kecuali pohon yang berbuah



Wahai puteraku ..
Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk melihat dengan mata tawon lebah .. dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh kepada perkara yang busuk!
Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal .. sebab keberkahan ada di pagi hari, dan saya khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan rizki Allah yang Maha Penyayang disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi!
Akan aku ceritakan kepadaku kisah seekor kambing dan serigala, supaya engkau aman dari orang yang berbuat makar .. Dan saat seseorang memberikan tsiqah-nya kepadamu, jangan sampai engkau mengkhianatinya!
Akan aku ajak engkau ke sarang singa .. akan aku ajarkan bahwa singa itu tidak menjadi raja hutan dikarenakan aumannya!! Akan tetapi, karena ia berjiwa tinggi! Tidak mau memakan hasil buruan binatang lain, betapapun ia lapar .. dan perutnya melilit-lilit .. jangan mencuri jerih payah orang lain .. sebab engkau menjadi keji!
Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”.


Wahai puteraku ..
Biasakan engkau bersyukur .. kepada Allah! Cukuplah menjadi alasan untuk bersyukur kepada-Nya bahwa engkau dapat berjalan, mendengar dan melihat!Bersyukurlah kepada Allah, dan syukuri pula manusia .. sebab Allah SWT akan menambah orang-orang yang bersyukur Dan manusia senang saat mendapati seseorang yang diberi sesuatu lalu orang itu menghargainya!



Wahai puteraku .. ketahuilah bahwa sifat utama yang paling agung dalam kehidupan ini adalah sifat jujur! Dan bahwasanya kebohongan, meskipun tampak memberi keselamatan .. namun jujur lebih berakhlaq bagimu! Dan bagi orang sepertimu!



Wahai puteraku …
Persiapkan alternatif untuk segala urusan .. agar engkau tidak membuka jalan kehinaan! Manfaatkan segala peluang .. sebab peluang yang datang sekarang .. bisa jadi tidak akan berulang!!
Jangan berkeluh kesah .. aku harap engkau optimis .. siap menghadapi kehidupan .. Jauhilah orang-orang yang putus asa dan pesimis, lari dari mereka! Dan jangan sampai engkau duduk dengan seseorang yang selalu memandang sial kepada segala hal!!
Jangan bergembira saat melihat orang lain terkena musibah .. jangan pula menghina orang karena postur atau penampilannya .. Sebab dia tidak menciptakan dirinya .. dan saat engkau menghina orang lain, pada hakekatnya engkau menghina ciptaan dari Dzat yang Maha Mencipta dan Membuat bentuk rupa
Jangan membuka aib orang, sebab Allah akan membuka aibmu di rumahmu .. sebab Allah-lah Dzat yang menutupi .. dan mencintai orang yang menutupi! Jangan menzhalimi siapa pun .. dan jika engkau hendak menzhalimi dan engkau merasa mampu menzhalimi, ingatlah bahwa Allah SWT lebih mampu!
Jika engkau merasa hatimu mengeras, usaplah kepala anak yatim .. engkau akan terheran-heran .. bagaimana usapan itu dapat menghilangkan rasa keras hati dari hatimu, seakan hatimu menjadi pecah dan melunak!
Jangan mendebat .. dalam perdebatan .. kedua pihak merugi. Kalau kita yang kalah, kita merugi telah kehilangan kebesaran kita, dan jika menang, kita juga merugi, telah kehilangan orang lain yang menjadi lawan debat kita .. semua kita kalah .. baik yang merasa menang .. dan yang merasa belum menang!
Jangan monopoli pendapat .. yang bagus adalah engkau mempengaruhi dan dipengaruhi! Hanya saja, jangan larut dalam pendapat banyak orang .. dan jika engkau merasa bahwa pendapatmu benar .. tegarlah dan jangan terpengaruh!



Wahai puteraku ..
Engkau dapat merubah keyakinan orang .. dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari! Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi .. namun, dengan senyumanmu .. dan kosa katamu yang lembut .. dengan keduanya, engkau dapat menyihir!! Oleh karena itu, tersenyumlah .. maha suci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam agama kita, dan kita mendapatkan pahala darinya!!
Di Cina .. jika engkau tidak murah senyum, mereka tidak akan berikan lisensi kepadamu untuk membuka kedai .. Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah engkau kepadanya!
Jika bibirmu terbuka karena senyuman .. dengan cepat .. terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya Jika orang meragukanmu, bela dirimu .. jelaskan .. dan beri keterangan pembenarannya!
Jangan suka nimbrung dan mengenduskan hidungmu dalam segala urusan .. jangan pula ikut-ikutan, berposisi bersama banyak orang saat mereka bersikap!!



Wahai puteraku .. jauhkan dirimu dari hal ini .. aku sangat tidak suka kalau melihatmu seperti ini!!
Jangan bersedih wahai puteraku terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan! Sebab kita tidak diciptakan kecuali untuk diuji dan diberi cobaan .. sehingga Allah melihat kita .. adakah kita bersabar?
Karena itu .. santai saja .. jangan keruh hati! Yakinlah bahwa jalan keluar dekat .. “jika mendung semakin hitam, pertanda, sebentar lagi hujan”!!
Jangan meratapi masa lalu, cukuplah bahwa ia telah berlalu .. sia-sia kalau kita memegang gergaji kayu, lalu menggergaji!! Tataplah hari esok .. persiapkan diri .. dan singsingkan lengan baju untuk menghadapinya!!
Jadilah orang yang mulia .. berbanggalah dengan dirimu! Sebagaimana engkau melihat dirimu, begitulah orang lain akan melihatmu ..
Jangan sekali-kali meremehkan dirimu!! Sebab engkau menjadi besar saat engkau ingin besar .. hanya engkau saja yang memutuskan ia menjadi kecil!

Yoyoh Yusroh
NB: Dikutip dari buku Yoyoh Yusroh: Mutiara yang Telah Tiada
Harga Rp 34.400. Harga PROMO https://www.facebook.com/DeBuku Hanya Rp 29.000 !!
** HANYA ORDER VIA SMS CS Ibu Endah 0856 9531 5631 **
** Format SMS : Nama+Alamat engkap+Buku yg dipesan **
Penulis : Tim GIP
ISBN : 978-979-077-273-1
Halaman : 208 halaman
Tema : Muamalah
Ukuran : 17.5 x 11.5 (Soft Cover)
Tahun Terbit : 2011
Buku biografi Ummi Yoyoh Yusroh, seorang perempuan yang dikaruniai 13 orang anak yang semuanya Penghafal Al-Qur’an, aktivitasnya bersama keluarga dan aktivitas dakwahnya dimasyarakat serta aktivitasnya di Politik bak mutiara. Kisah hidup Yoyoh Yusroh yang memiliki 13 anak penghafal Al-Qur’an dan berusaha sekuat Tenaga untuk masuk ke jalur Gaza untuk bertemu dengan Parlemen Palestina merupakan sosok Perempuan Indonesia yang pantas di teladani.
Sebagai sosok yang dikenal sangat aktif dalam dunia politik, agama, dan sosial, perjalanan hidup Yoyoh Yusroh memang layak untuk dibukukan agar dapat dijadikan teladan oleh generasi yang masih hidup. Beliau adalah sosok yang mampu menjalankan amanah dengan totalitas, manajerial yang baik, dan kepemimpinan yang unggul.
“Setiap amanah yang diembankan, beliau menjalankannya ‘sampai titik darah penghabisan’. Bunda Yoyoh adalah cucuran air mata air yang bening. Berparas dan berpostur biasa, namun kekuatan hati beliau dan kemampuan manajerial serta keunggulan dalam akalnya, menjadikan Almarhumah pantas menjalani sebagian besar hidup sebagai pemimpin,” kata Hj. Neno Warisman dalam testimoni di sampul buku tersebut.

Berikut Daftar isi Buku tersebut :
Pengantar Penerbit
Kata Pengantar Tokoh
Bagian I : Belaian Islam Sejak Kecil
Doa kemudahan
Istinja’ yang Berkesan
Mendampingi Ayah
Belajar Pidato
DNA Cerdas
Mandiri Sedari Kecil
6 kali Khatam Saat Ramadhan
Wirid Al-Qur’an
Emak yang Aktif
Warisan Kedermawanan
Pagi-Sore Menuntut Ilmu
Bioskop dan Pertunjukan Kampung
Meniti Karier Guru
Jalan Jurumudi
“Menyentil” penguasa
Bagian II: Pejuang Gerakan Jilbab
Aktif Mengajar Mengaji
“Komandan” Asrama
Terbaik Se-DKI Jakarta
Memilih Sejarah
Belaian Kasih di Kontrakan
Bertemu Sang Murabbi
Mendobrak Kebijakan Menteri
Menjadi guru mengaji
Bagian III: Hari-Hari Menuju Pernikahan
Ta’aruf Kilat
Khitbah Jelang “Deadline”
Mengabari Bandung
Ijab Qabul dalam Bahasa Arab
Mahar 50 gram Emas
Putih-Putih
Bagian IV: Biduk Pernikahan
Pramukasari
Keluar Darah
Menghafal Nama-Nama Surah
Lahir Prematur
Juru Bicara Keluarga
Marissa Kecil
Bangka
Takut Iman Goyah
Kompleks DPR
Interaksi dengan Khadimat
Baju Sutra Kusut
Sopir
Romantisme keluarga
Bagian V: Pola Mendidik Anak
Sekilas Profil Keluarga
Interaksi Qur’ani
Mengajarkan Berpuasa
Wisata Ruhiyah
Mengajarkan Akhlak
Memilih sekolah
Pola Belajar
Pola Makan
Mandiri
Sistem delegasi
Marahnya Ummi
Dialogis
Bercengkerama
Via Telepon
Protes Anak
Liburan
Tempat Jajan Ummi
Memasak untuk Anak
Doa Tak Pernah Putus
Kisah-Kisah Berkesan dari Anak
- Umar Al Faruq
- Latifah
- A’izza Jundana
- Asma Karimah
- Barnard
- Ja’far
- Walid Ghozin
- Adil Ghalib
- Rahmah Rahimah
Bagian VI: Aktivitas Sosial Politik
Sosial Masyarakat
Ringan Tangan
Memberikan Mas Kawin
Menghadiahkan Tempat Tidur
Memberikan Tas
Tawakal
Tiada Dendam
Bersungguh-Sungguh
Teman Andalan
Sayang Keluarga
Pesantren Ummu Habibah
Politik
- DPR/MPR RI
- Kiprah Anggota Dewan
- Ummi dan Komputer Tablet
- 3-5 Juz Setiap Hari
- TNI Berjilbab
- Menyinggung Manajemen TNI
- UU Pornografi
- UU PKDRT
Partai Keadilan Sejahtera
- Kewanitaan
- Pendiri Partai
- Terjun Langsung
- Kaderisasi
- Klarifikasi
- Pendiri
Bagian VII: Mujahidah Palestina
Kaukus Palestina
Viva Palestina 5
Warga Negara Palestina
Bagian VIII: Akhirnya Engkau Tersenyum
Firasat Awal
Nasihat untuk Sang Putra
Kematian Adalah Sebuah Misteri
Kronologis Kecelakaan
Akhirnya Engkau Tersenyum,
Doa Buat Ummu Umar, Yoyoh Yusroh

Berkarya dan Beramal: Rahasia ‘Hidup’ Sepanjang Masa

GAJAH mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, ” demikian sebuah pepata masyhur mengatakan. Pribahasa yang mencoba menjelaskan betapa mahluk dan seseorang akan dikenang semasa ketika mereka hidup. Kematian tidak serta merta menghapus eksistensi mereka di muka bumi ini, masuknya jasad di liang lahat setelah itu ia akan dikenal orang atas amal perbuatannya.
Pelajaran yang bisa kita petik dari pribahasa ini, kalau makhluk semacam gajah dan harimau saja mampu mewariskan jejak sepeninggalnya mereka, lalu, bagaimana dengan kita manusia yang notabene jauh lebih mulia dengan dua binatang tersebut?
***
Kalau yang dijadika barometer lamanya hidup di dunia adalah umur, maka sungguh sangat singkat kehidupan di dunia ini. Untuk manusia di akhir zaman, paling lama umur mereka berkisar 100 hingga 120 tahunan. Itu pun hanya segelintir orang. Pada umumnya, manusia saat ini berumur 60-75 tahunan. Jadi relatif sangat singkat, terlebih kalau kita bandingkan dengan umat-umat terdahulu (sebelum Nabi Muhammad), yang hidupnya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.
Namun ada cara yang alegan bagaimana mengebadikan ‘kehidupan’ kita di dunia ini, sekali pun jasad telah ditelan bumi. Caranya adalah berkarya (beramal). Hanya dengan cara demikian, kita bisa hidup “abadi”. Abadi bukan berarti hidup selama-lamanya tanpa menjumpai kematian. Tapi “abadi” dikenal karena amal baik kita semasa hidup.
Hal ini lah yang dilakukan oleh orang-orang besar terdahulu. Mereka tetap dikenang hingga hari ini, karena mereka mampu mengukir karya (amal) yang fenomenal serta menumental, sehingga usaha mereka tetap dirasakan bahkan dikembangkan oleh generasi-gerasi selanjutnya.
Contoh paling nyata adalah ulama empat madzhab (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal), betapa mereka telah mampu mengabadikan ‘kehidupan’ mereka di dunia ini dengan karya (beramal)-karya (beramal) kitab yang mereka karang.
Sekali pun mereka telah meninggal ratusan tahun yang silam, namun hingga hari ini, ratusan juta umat Islam di dunia masih mengkaji dan mendalami kitab-kitab yang mereka karang, termasuk di Indonesia.
Panglima Thariq bin Ziyad yang mempu menyi’arkan Islam hingga ke negeri Matador, Spanyol. Panglima AL-Fatih yang mampu mendobrak benteng kokoh konstantinopel, Turki, dan Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi, yang mampu merebut Yerussalem, Paletina, dari pasukan Salib, adalah di antara tokoh-tokoh yang tidak akan pernah mati ditelan masa, dikarena begitu besarnya karya (amal) mereka bagi umat ini.
Bahkan, mereka akan selalu menjadi inspirator/motivator bagi kaum selanjutnya untuk melakukan kebaikkan-kebaikkan sebagaimana yang telah mereka lakukan.
Jadi, hanya dengan cara demikian lah, amal nyata, kita bisa melanggengkan keeksistensian kita di muka bumi ini, sekali pun jasad telah di liang lahat. Dan yang perlu menjadi catatan, yang dimaksud dengan karya (beramal) di sini adalah yang bernuansa positif, bukan sebaliknya.
Investasi Akhirat
Selain mampu mengabadikan keeksistensian kita, sebuah amal juga bisa menjadi investasi masa depan kita di akhirat kelak. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Sallammenjelaskan, bahwa kitika ada bani adam, manusia, meninggal dunia, maka terputus lah segala hal yang berkaitan dengan dunia ini, kecuali tiga perkara.
Pertama adalah ilmu yang bermanfaat. Kedua adalah shadaqah jariyah. Dan ketiga, anak yang sholeh/sholehah yang selalu mendo’akan kedua orangtuanya.
Yang jelas amal kita di muka bumi ini, bisa saja menduduki posisi sebagai shadaqah jariyah, karena banyaknya orang mengambil manfaat dari apa yang kita ciptakan.
Sering kita dengar obrolan atau bahkan dalam sering pula kita dapati orang-orang non Muslim, orang yang tidak beribadah, tidak shalat bisa kaya-raya, berlaku baik pada orang, dan memiliki etos kerja tinggi serta bisa berlaku dermawan kepada tetangga. Sehingga mereka dipuji karena kebaikan-kebaikan itu.
“Mereka tidak shalat, tapi mereka bisa kaya dan membantu banyak orang. Kita tiap hari shalat, tetapi tidak bisa beramal, “ begitu kata orang melihat kasus seperti ini. Apakah benar demikian? Jelas tidak.
Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan dengan rinci sekali masalah ini. Allah tidak membeda-bedakan pemberian harta kepada orang Muslim atau kafir sekalipun. Allah hanya memberi kepada yang IA mau. Terserah siapa, itu hak Allah semata. Tak perduli dia atheis sekalipun.
Hanya saja, kata Allah, harta yang diberikan kepada orang-orang kafir, semuanya tidak dinilai alias sia-siapa. Berapapun amal dan jumalah mereka keluarkan sebagai bantua. Sebab yang mereka lakukan itu bukan dikarenakan Allah Subhanahu Wata’ala. Dalam ayat ke-39 surat An-Nur, Allah menyatakan bahwa amal-amal baik orang kafir itu laksana fatamorgana di tanah datar yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS An-Nur: 39)
Dalam surat lain Allah berfirman;
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.Itu hanyalah kesenangan sementara, Kemudian tempat tinggal mereka ialah jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS. Ali Imran : 196-197)
Jadi sesungguhnya, semua yang telah diberikan Allah kepada orang-orang kafir hanyalah semu. Sedang yang dihuting adalah amal kaum Muslim yang disarakan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Pondasinya Ikhlas
Sekali pun demikian, yang perlu kita waspadai adalah menjaga niat. Kita harus ikhlas dalam berkarya (beramal). Artinya, setiap ramal yang kita, bukan untuk mendapatkan pujian atau sanjungan, lebih-lebih materi dari orang lain. Namun semata-mata hanya mengharap ridha Allah semata.
Ketika kita tidak mampu menjaga hati sedemikian rupa, maka sungguh kecelakaan lah bagi kita, karena Allah tidak akan pernah menerima amal hamba-Nya yang diniatkan untuk memperoleh ridha manusia, bukan ridha-Nya.
Katakanlah “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS: al-Anfal [6]: 162).
Dijelaskan dalam salah satu sabda Rosulullah, bahwa ada beberapa orang di akhirat kelak akan dicap oleh Allah sebagai pendusta sejati, dikarenakan niat mereka yang salah dalam melakukan suatu amalan.
Mereka adalah para ulama yang mengajarkan ilmu pada suatu kaum, namun dalam hatinya bercongkol niat, bahwa dia melakukan hal tersebut agar dipuji oleh manusia sebagai pribadi yang fakih, alim, ahli agama, dan sebaginya.
Selanjutnya, yaitu mereka yang masa hidupnya menggunakan waktunya untuk berperang melawan musuh-musuh Allah. Sayang sekali sayang, dorongan yang menggerakkannya melakukan hal yang paling mulia dalam urusan agama tersebut, bukan ingin mencari cinta Allah, namun lebih kepada kehausan akan gelar pahlawan di mata manusia.
Walhadil niat dan ikhlas (iman) adalah pondasi dari amal dan karya akhir kita. Jika fondasi tersebut kokoh, maka bangunan-pun akan tegak kuat menjulang, sebaliknya kalau fondasinya lemah atau rapuh, maka bangunan pun akan runtuh.
Wallahu a’lam. *



Penulis aktif di Asosiasi Penulis Islam (API) dikutip dari Hidayatullah.com